Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) buka suara perihal pernyataan Calon Presiden Indonesia 2024, Anies Baswedan yang beberapa waktu lalu sempat mengkritik kebijakan pemerintah yang memberikan subsidi mobil listrik.
Seperti diketahui, pemerintah memang mendorong percepatan penggunaan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) https://daftar-dwslot88.com/ untuk mengurangi jumlah emisi karbon di Indonesia dalam mencapai target Net Zero Emission (NZE) tahun 2060 mendatang.
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi, Rachmat Kaimuddin mengungkapkan bahwa ada dua hal penting yang harus dilakukan Indonesia dalam mencapai target netral emisi karbon atau NZE di tahun 2060 mendatang.
Yang pertama adalah dengan melakukan elektrifikasi kendaraan dan yang kedua adalah dengan melakukan dekarbonisasi listrik. Rachmat mengungkapkan bahwa kedua sisi tersebut harus dilakukan secara seimbang untuk memberikan dampak yang besar dalam mengurangi emisi karbon di Indonesia.
“Dua ini adalah dua sisi yang saling melengkapi, tapi bukan berarti kalau dilakukan satu tapi yang ini belum sempurna, ini impactnya jadi nol. Karena ini additive, karena menambahkan,” jelas Rachmat kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, dikutip Rabu (17/5/2023).
Adapun, sisi pertama yakni elektrifikasi kendaraan, ucap Rachmat, kendaraan listrik bisa lebih efisien dalam mengubah energi menjadi gerak. Dia menjelaskan bahwa kendaraan listrik merupakan kendaraan yang bisa mengubah energi dari listrik mencapai 90% menjadi energi gerak.
“Kita cerita tadi mengenai kendaraan listrik, pada prinsipnya memang mesin kendaraan listrik ini mengubah listrik jadi energi gerak ini lebih efisien, bisa sampai 90%. Sementara combustion engine itu mungkin 20-30%, banyak hilang energi itu di heat atau panas dan suara,” papar Rachmat.
Bicara soal sumber energi listrik yang dihasilkan, Rachmat mengungkapkan bahwa energi listrik dari energi kotor seperti batu bara bisa dilakukan transisi energi menjadi energi terbarukan.
Sehingga, nantinya dari kendaraan yang berbahan bakar minyak melakukan transisi menjadi kendaraan listrik, sedangkan sumber listrik itu sendiri dilakukan transisi pula dari sumber listrik kotor yakni batu bara menjadi sumber listrik dari energi terbarukan.
“Jadi ini yang kita lihat memang yang menjadi satu hal lagi sumber listrik bagaimana. Tadi disampaikan kita masih banyak menggunakan PLTU batu bara. Itu sesuatu yang juga saat ini pemerintah telah berkomitmen untuk mengurangi,” tandasnya.
Kembali pada pembahasan komentar Capres RI 2024, Anies Baswedan yang mengkritik subsidi mobil listrik, Rachmat menilai komentar tersebut kurang tepat untuk dilontarkan. Menurutnya, pemerintah justru tidak memberikan subsidi pada mobil listrik.
Rachmat mengatakan pemerintah hanya memberikan pajak yang lebih rendah kepada masyarakat yang ingin beralih ke mobil listrik. “Itu juga yang ingin kami sampaikan misalnya masukan dari Bacapres itu kan subsidi mobil ya. Yang pertama, kita sampaikan pemerintah itu tidak berikan subsidi untuk mobil, tapi kita memberikan pajak yang lebih rendah ini semacam keberpihakan untuk teman-teman yang ingin melakukan pembelian (mobil listrik),” klaim Rachmat.
Rachmat menjelaskan bahwa tren transisi ke kendaraan listrik merupakan tren yang mendunia. Dia khawatir, jika Indonesia tidak segera mengejar tren tersebut maka Indonesia akan tertinggal dan masyarakat Indonesia akan memperoleh kendaraan listrik justru dari produksi luar negeri secara keseluruhan.
“Sehingga dari situ sendiri menurut saya sudah kurang tepat komentarnya (Anies Baswedan). Dari kita juga menyadari bahwa tren EV ini adalah tren yang mendunia. Semuanya sangat mengarah kesana dan kita punya industri otomotif yang besar. Bisa kebayang suatu ketika kita tidak ngapa-ngapain kita misal membeli begitu nanti industri terbentuk di luar negeri, terus customer kita mau, semuanya buatan luar negeri,” tutupnya.
Untuk diketahui, beberapa waktu lalu, Anies melontarkan kritik mengenai subsidi mobil listrik dalam pidatonya di acara Pengukuhan Amanat Nasional. Awalnya, Anies mengatakan bahwa Indonesia memiliki begitu banyak peluang, khususnya dalam lingkungan hidup. Pemerintah harus memastikan sumber daya yang tepat untuk menghadapi tantangan lingkungan hidup.
“Solusi menghadapi tantangan lingkungan hidup, polusi udara bukan lah terletak di dalam subsidi mobil listrik yang pemilik mobil listriknya yang mereka tidak membutuhkan subsidi, betul?” tegas Anies dalam pidatonya.
Anies menghitung, bahwa subsidi kepada mobil listrik dalam pemakaian mobil pribadi emisi karbon per kapita per kilometer katanya lebih tinggi daripada emisi karbon bus berbahan bakar minyak.
“Emisi per kilometer per kapita untuk mobil listrik dibandingkan dengan bus berbasis BBM. Kenapa itu bisa terjadi, karena bus memuat orang banyak sementara mobil memuat orang sedikit,” ungkap Anies.
Ditambah, kata Anies, ketika pengalamannya menjadi Gubernur DKI Jakarta, kendaraan pribadi berbasis listrik tidak menggantikan mobil yang ada di garasinya, maka akan menambah mobil di jalanan.
“Sehingga menambah kemacetan di jalan. Jadi yang didorong ke depan adalah demokratisasi sumber daya bahwa kita mengarahkan agar sumber daya yang dimiliki negara diberikan melalui sektor-sektor yang memberikan manfaat nyata bagi masyarakat banyak bukan semata-mata untuk mendapatkan perhatian dalam percakapan apalagi percakapan media sosial,” tandas dia.