Bos Bayan Optimistis Industri Batu Bara Belum Tenggelam

Direktur PT Bayan Resources Alexander Ery Wibowo dalam Economic Outlook 2023 dengan tema

Direktur PT Bayan Resources Tbk (BYAN) Alexander Ery Wibowo mengungkapkan optimismenya terhadap industri tambang batu bara yang diramalkan akan mengalami masa ‘sunset‘ setelah sempat mencapai titik kesuksesan tertinggi pada 2022 lalu.

Alexander mengatakan, walaupun harga batu bara kian menurun pada awal tahun 2023 ini, dia yakin hal itu bisa teratasi jika para perusahaan tambang bisa mengembangkan batu bara ke industri yang lebih hilir lagi.

“Memang ada kekhawatiran apakah industri batu bara akan sunset ke depannya. Tapi saya pikir kekhawatiran itu bisa di-manage sepanjang perusahaan batu bara bisa mengembangkan transformasi dalam hilirisasi,” ungkap Alexander kepada CNBC Indonesia dalam program ‘Mining Zone’, Rabu (15/3/2023).

Dia menilai, batu bara yang sudah diproses lebih lanjut atau melalui proses hilirisasi bisa meningkatkan gairah pasar akan sumber energi yang dinilai lebih bersih, dibandingkan dengan menggunakan batu bara mentah. Hal ini tentunya dilakukan dengan mengembangkan teknologi yang mendukung dalam hilirisasi batu bara di Indonesia.

“Terus mengembangkan teknologi ataupun inovasi produk batu bara yang menjadi ramah lingkungan,” tambah Alex.

Alexander juga mengatakan bahwa memang ada kekhawatiran di kalangan para pengusaha tambang batu bara apabila harga batu bara semakin menurun dan cadangan yang tidak mencukupi. Namun, hal itu bisa teratasi dengan hilirisasi atau pengolahan batu bara lebih lanjut menjadi produk lainnya yang lebih bersih.

Dia menyebutkan, hal yang bisa dilakukan oleh para pengusaha atau industri batu bara di Indonesia adalah dengan memanfaatkan batu bara dengan sulfur rendah dibanding batu bara sulfur tinggi. Hal ini dinilai karena batu bara dengan sulfur rendah lebih ramah lingkungan daripada batu bara dengan sulfur tinggi.

“Utamanya untuk – contoh misal – batu bara sulfur rendah, itu memang sudah lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan sulfur tinggi. Artinya, sudah ada upaya untuk blending sesuai dengan parameter-parameter negara-negara importir,” tuturnya.

Alexander mengatakan, proses hilirisasi batu bara di Indonesia memang masih memerlukan waktu yang panjang. Namun, dengan mengkaji nilai keekonomian hilirisasi batu bara itu menurutnya bisa menjadi langkah pertama dalam memulai proses hilirisasi batu bara.

“Untuk hilirisasi memang perjalanan masih panjang, namun sudah mulai dikaji nilai keekonomian dari hilirisasi tambang batu bara masing-masing (perusahaan),” jelasnya.

Sementara terkait harga, Alexander mengakui harga batu bara sejak awal tahun ini mengalami tren penurunan dan jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan harga batu bara pada periode yang sama di tahun lalu.

Alexander mengatakan, penurunan harga batu bara ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu konflik geopolitik yakni perang antara Rusia dan Ukraina, di mana sentimen negatif terhadap perang Rusia-Ukraina ini mulai berkurang.

Lalu, krisis energi di Eropa juga terlihat mulai teratasi dengan adanya alternatif pasokan energi seperti gas dari Qatar dan Amerika Serikat. Lalu, pasokan energi di India yang mulai pulih.

“Utamanya, karena berkurangnya sentimen negatif terhadap perang Rusia dan Ukraina. Kedua adalah krisis energi di Eropa yang sudah mulai teratasi dengan adanya alternatif pasokan LNG dari Qatar atau US. Ketiga adalah krisis listrik di India yang telah berakhir atau membaik,” tuturnya.

Seperti diketahui, harga batu bara belum juga membaik. Pada perdagangan Selasa (14/3/2023), harga batu bara kontrak April di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$ 187 per ton. Harganya jatuh 2,35%.

Pelemahan kemarin memperpanjang tren negatif harga batu bara yang juga melemah pada Senin pekan ini. Dalam dua hari perdagangan terakhir, harga pasir hitam sudah turun 3,1%.

Pelemahan kemarin juga membuat harga batu bara terlempar dari level psikologis US$ 190 per ton. Melemahnya kembali batu bara masih disebabkan lesunya permintaan serta anjloknya harga gas.

Berkenaan dengan proyek hilirisasi batu bara, ternyata pemerintah Indonesia kini tengah menggodok aturan untuk bisa memproduksi dan mendistribusikan DME.

Hal itu diungkapkan Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) I, Pahala Nugraha Mansury.

“Kita sebetulnya pada saat ini sedang mempersiapkan sebuah peraturan untuk bisa memproduksi dan mendistribusikan DME tersebut,” ungkap Pahala kepada CNBC Indonesia, Rabu (15/3/2023).

Perlu diketahui, berdasarkan data yang pernah dipaparkan Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 2022 lalu, harga batu bara dan harga DME menjadi isu yang menjadi perhatian dalam proyek gasifikasi batu bara ini.

Berdasarkan pertemuan tiga menteri, yaitu Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Menteri ESDM, dan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), diusulkan harga DME ex-factory sebesar US$ 378 per ton. Harga DME ditetapkan bersifat Fixed Price, tidak ada eskalasi harga batu bara dan Process Service Fee (PSF).

Untuk mendukung proyek ini, sejumlah insentif dan regulasi dibutuhkan, antara lain pengurangan tarif royalti batu bara secara khusus untuk gasifikasi batu bara hingga sebesar 0%, regulasi harga batu bara khusus untuk peningkatan nilai tambah (gasifikasi) yang dilaksanakan di mulut tambang, regulasi jangka waktu khusus Izin Usaha Pertambangan (IUP) batu bara yang khusus digunakan sebagai pasokan batu bara untuk gasifikasi, diberikan masa IUP sesuai umur ekonomis industri gasifikasi batu bara.

Selain itu, perusahaan juga meminta tax holiday di mana insentif Pajak Penghasilan (PPh) Badan secara khusus sesuai umur ekonomis gasifikasi batu bara, lalu pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) jasa pengolahan batu bara menjadi syngas sebesar 0%, dan pembebasan PPN EPC kandungan lokal.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*