‘Harta Karun’ Palestina Ini Direbut Israel, Warga Menderita!

‘Harta Karun’ Palestina Ini Direbut Israel, Warga Menderita!

Seseorang memegang bendera Palestina saat mahasiswa berdemonstrasi untuk menyatakan dukungan kepada rakyat Palestina dalam protes di Universitas La Sapienza, di Roma, 10 Oktober 2023. (REUTERS/Yara Nardi)Persoalan konflik Israel-Palestina menimbulkan banyak pembahasan menarik. Dari mulai akar masalah, kehidupan sosial di area konflik, hingga persoalan sumber daya alam.

Soal kalimat terakhir, https://panenkas138.store/ dalam sejarah dunia pendudukan suatu wilayah oleh negara lain erat kaitannya dengan motif pengerukan sumber daya alam. Seperti yang sudah terjadi, kolonialis bakal mengangkut sumber daya alam untuk kepentingannya sendiri. Sementara negara jajahan harus hidup menderita dan tak merasakan hasil dari pengerukan itu.

Lantas, di kasus Israel-Palestina apakah terjadi hal serupa?

Air: ‘Harta Karun’ di Palestina

A picture shows a view of the al-Aqsa mosque complex and its Dome of the Rock mosque in Jerusalem on a rainy day, on April 12, 2023. (Photo by AHMAD GHARABLI / AFP) (Photo by AHMAD GHARABLI/AFP via Getty Images)Foto: A picture shows a view of the al-Aqsa mosque complex and its Dome of the Rock mosque in Jerusalem on a rainy day, on April 12, 2023. (Photo by AHMAD GHARABLI / AFP) (Photo by AHMAD GHARABLI/AFP via Getty Images)

Pada 1938, seorang geolog bernama A. Bonne memublikasikan riset “Natural Resources of Palestine”. Dia menyebut ada 3 sumber daya alam potensial di wilayah Palestina. Salah satunya adalah sumber daya air.

Di Timur Tengah, yang terkenal kering kerontang, air adalah sumber kehidupan tak ternilai. Dalam kasus di Arab Saudi, misalkan, air sangat memengaruhi jalan sejarah negara. Perlu diketahui, saat awal pendirian Saudi tercatat sebagai salah satu negara yang cukup miskin. Kesulitan menemukan air membuat roda ekonomi tak bisa tumbuh, sehingga pembangunan tak bisa terjadi. Akibatnya, kehidupan politik sangat tidak stabil.

Beruntungnya, Palestina tidak merasakan demikian. Ketika negara Timur Tengah lain sibuk mencari air, Palestina justru sudah diberkahi air melimpah. Menurut Bonne, air bisa mudah ditemukan di Palestina. Saat mengebor tanah, air langsung deras keluar. Sungai-sungai jarang kekeringan karena siklus musim panas dan hujan selalu tepat bergantian.

Akibat air melimpah ruah dibarengi oleh kemunculan teknologi yang dibawa Inggris, maka sektor pertanian Palestina bisa tumbuh pesat. Bahkan, keberadaan air tak hanya berguna buat pertanian, tetapi juga energi listrik.

Karena tidak ada batu bara, rakyat Palestina lantas memanfaatkan derasnya air Sungai Yordan untuk sumber energi listrik. Pemanfaatan ini dibuktikan dengan keberadaan Palestine Electric Corporation pada 1926. Belakangan, di kota-kota besar, seperti Tel Aviv dan Haifa, pembangkit listrik tenaga air mulai bermunculan.

Artinya, dengan kepemilikan ‘harta karun’ terpenting ini, setidaknya jalan sejarah Palestina bisa diprediksi bakal makmur. Sayang, takdir membawa Palestina ke jalan sejarah berbeda.

Direbut Israel

Seorang wanita menggendong seorang anak ketika warga Palestina, yang meninggalkan rumah mereka di tengah serangan Israel, berlindung di tenda kamp di sebuah pusat yang dikelola PBB, setelah Israel menyerukan agar lebih dari 1 juta warga sipil di Gaza utara untuk pindah ke selatan, di Khan Younis di Jalur Gaza bagian selatan, 19 Oktober 2023. (REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa)Foto: Warga Palestina, yang meninggalkan rumah mereka di tengah serangan Israel, berlindung di tenda kamp yang dikelola PBB, 19 Oktober 2023. (REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa)

Sepuluh tahun usai riset itu rilis, seorang aktivis David ben-Gurion muncul ke permukaan. Tepat pada 1948, dia secara mengejutkan memproklamirkan negara Yahudi pertama di dunia bernama Israel di tanah Palestina. Dari sinilah, situasi mulai berbeda.

Sejak pendudukan pertama Israel dilakukan, tulis laporan PBB tahun 2019, penduduk Palestina mulai kehilangan kendali atas kepemilikan sumber daya alam, khususnya pasokan atas ‘harta karun’ air.

Otoritas Israel secara nyata menyita kepemilikan air rakyat Palestina. Dalam laporan Human Right Watch, penyitaan tersebut secara sah melanggar hukum internasional yang melarang pengambilalihan sumber daya wilayah lain demi keuntungan sendiri. Meski begitu, tetap saja Israel tak mundur. Bahkan, dalam catatan Amnesty International, pada 1967 Israel secara sadar mencabut hak warga Palestina atas air di Tepi Barat.

Kala itu, Israel melarang warga Palestina mengebor air sumur baru, memperdalam sumur, dan tidak diperbolehkan mengambil air dari Sungai Yordan. Bahkan, Israel juga mengontrol dan membatasi lokasi penampungan air hujan yang tersebar di Tepi Barat. Mereka berpikir air akan ‘mematikan’ kehidupan Palestina.

Benar saja, tak lama kemudian membuat sekitar ratusan komunitas Palestina tidak memiliki akses terhadap air bersih. Sekalipun bisa terakses, airnya kecil sekali dan berkualitas sangat buruk. Menurut PBB, dampak dari kebijakan ini membuat ekonomi Palestina tidak tumbuh. Sektor pertanian dan industri hancur lebur.

Pada titik inilah, Israel memberlakukan bisnis air kepada warga Palestina, yang dahulu punya kontrol air. Menurut PBB, Israel mematok harga ke warga Palestina dan dari sini negara pun mendapat keuntungan secara ekonomi.

Kasus perebutan ini terus berlangsung hingga sekarang. Bahkan, tak jarang juga menjadi senjata politik. Kabar terbaru menyebut Israel telah mengumumkan isolasi total ke wilayah Gaza. Mereka memutus pasokan makanan, listrik dan harta karun air imbas memanasnya konflik dengan Hamas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*