Bunyi adzan di pagi hari membuat Puspo Wardoyo muda bergegas bangun dari tempat tidur. Dia segera mandi, wudhu dan menunaikan ibadah shalat shubuh.
Jika itu sudah dilakukan, dia melakukan rutinitas yang tak bisa dilewatkan sebagai anak pedagang ayam, yakni membersihkan ayam. Satu per satu bulunya dicabut sampai tandas. Tiap kotoran menempel dibersihkannya secara cermat.
Saat jam menunjukkan pukul 6.00 barulah dia berhenti mengurusi ayam dan langsung berangkat ke sekolah. Kegiatan ini memang tak lazim dilakukan anak seusianya. Jika yang lain punya banyak waktu bermain, maka tidak bagi Puspo. Dia sadar kalau keluarga yang cukup memprihatinkan.
Dengan ikhlas Puspo melakukan ini bertahun-tahun, mulai dari SD sampai lulus kuliah. Meski kehilangan waktu bermain, pria kelahiran 30 November 1957 ini cukup beruntung. Dia bisa menempuh pendidikan sampai perguruan tinggi.
Tercatat sekitar tahun 1975-1980, dia berkuliah Pendidikan Guru Seni di Universitas Sebelas Maret (UNS), Solo. Karena berkuliah pendidikan, Puspo sudah pasti bakal menjadi guru. Namun, dari hati paling dalam, dia merasa tidak cocok.
“Puspo sebetulnya mengagumi profesi ayahnya yang menjual daging ayam ke pasar pada pagi hari. Lalu di siang dan malam harinya membuka warung ayam di dekat kampus UNS,” tulis Muhammad Maruf dalam 50 Great Bussines Ideas form Indonesia (2010).
Akibat tidak cocok, setelah lulus dan mengajar pun Puspo merasa tidak asik dan ada perasaan mengganjal. Meski saat itu sudah berstatus guru PNS di Muntilan yang jadi idaman banyak orang, Puspo tetap ingin berdagang.
Alhasil, dia nekat mengundurkan diri jadi abdi negara dan pulang kampung ke Solo untuk berjualan ayam goreng pada 1986.
Naas, dia harus menghadapi kenyataan pahit: berjualan ayam tidak semudah yang dibayangkan.Pasalnya, di solo warung ayam goreng sudah tumbuh subur. Puspo sulit bersaing. Namun, ada momen yang membuat Puspo mendapat mencerahkan.
“Suatu waktu ada tukang bakso dari Medan yang menemuinya. Tukang bakso itu cerita kalau di Medan belum ada orang yang jualan ayam bakar. Dari sinilah Puspo ingin pergi ke Medan,” tulis Muhammad Maruf.
Setelahnya, Puspo bergegas pergi ke Medan. Karena tidak ada modal, dia terpaksa menjilat ludah sendiri dengan menjadi guru lagi di salah satu sekolah di daerah Pelabuhan Bagan Siapi-api, Sumatera Utara, pada 1989-1991.
Dari hasil mengajar, Puspo mendapat uang Rp. 2,5 juta. Uang tersebut kemudian dipakai untuk bayar sewa rumah, beli motor, dan sisanya Rp 700 ribu dipakai modal jualan ayam bakar. Puspo lantas memilih tempat di dekat bandara Polonia, Medan, karena yakin bakal ramai.
“Di Medan, saya menamai warung makan itu dengan nama “Ayam Bakar Wong Solo” supaya orang-orang tahu warung ini didirikan oleh orang Jawa. Soalnya di Medan banyak orang Jawa,” tutur Puspo kepada CNBC Indonesia, Rabu (15/3/2023)
Sejak itulah Puspo tertimpa durian runtuh. Prediksi tukang bakso yang ditemuinya di Solo menjadi kenyataan. Meski hanya menjual seporsi ayam bakar dan nasi, lapaknya laris manis. Sehari bisa menghabiskan 3-4 ekor ayam.
Berkat penjualannya yang meningkat, Ayam Bakar Wong Solo diliput oleh media lokal pada 1992. Liputan tersebut membuat Puspo makin kaya raya. Pasalnya, usai liputan itu warungnya jadi viral.
Sehari dia bisa menjual 100 potong ayam dan mendapat omzet Rp. 350.000, sangat tinggi di masanya. Bensin saja seliter Rp 76, sedangkan Puspo mampu mendapat uang Rp 350.000 dalam satu hari. Artinya, Puspo dapat mandi uang.
Dari sini, Puspo memutuskan untuk membuat restorannya beranak-pinak. Pada 1999, usai krisis ekonomi ketika banyak orang lain takut membua usaha, Puspo malah memperluas cabang usahanya menjadi empat toko.
Lalu, empat tahun kemudian, Ayam Bakar Wong Solo tersebar luas di berbagai kota besar di Indonesia. Cabangnya ada 26. Seluruh ayam bakar itu tergabung dalam konglomerasi buatannya bernama PT Halalan Thayyiban Indonesia Tbk.
Kini, Ayam Bakar Wong Solo mempunyai 283 cabang di seluruh Indonesia dan dunia. Khususnya di Arab Saudi, ayam bakarnya laris-manis karena menjadi perbekalan masyarakat Indonesia. Karena memiliki pergerakan bisnis yang kuat, Ayam Bakar Wong Solo pun bersiap untuk melantai di bursa saham dalam waktu dekat.