Sentimen Puasa Tak Cukup, Harga CPO Anjlok Terus

Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). Badan Pusat Statistik BPS  mengumumkan neraca Perdagangan (Ekspor-impor) Pada bulan Februari, nilai ekspor mencapai US$ 12,53 miliar, atau turun 11,33% dari tahun sebelumnya (YoY). Nilai ekspor minyak sawit sepanjang Januari-Februari 2019 hanya mencapai US$ 2,94 miliar, yang artinya turun 15,06% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2018.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange terpantau terkoreksi di sesi awal perdagangan Selasa (14/3/2023).

Pelemahan sekaligus memperpanjang tren negatif sejak perdagangan akhir pekan lalu.

Melansir Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan melemah 0,15% ke MYR 4.037 per ton pada pukul 09:00 WIB. Dengan ini harga CPO kembali lagi ke zona psikologis MYR 4.000-an per ton.

Pada perdagangan awal pekan, Senin (13/3/2023) harga CPO juga sudah ditutup turun 1,22% ke posisi MYR 4.043 per ton. Dengan demikian, dalam sepekan harga CPO  melemah 5,95% secara point-to-point/ptp. Sementara, dalam sebulan turun 2,39% dan turun 11,13% secara tahunan.

Posisi harga CPO saat ini juga berada pada level terendahnya sejak 16 Februari lalu. Padahal harganya sempat melesat di posisi MYR 4.325 per ton pada 3 Maret 2023 lalu. Namun sayangnya harganya terpangkas jauh hingga hari ini.

Turunnya harga CPO terjadi di bawah tekanan dari kelemahan minyak nabati Dalian saingannya, meskipun kontrak didukung oleh persediaan yang lebih rendah dan permintaan ekspor yang optimis.

Kontrak soyoil teraktif Dalian DBYcv1 turun 1,4% sementara kontrak minyak sawit DCPcv1 turun 1,5%. Harga Soyoil di Chicago Board of Trade BOcv1 naik 0,7%.

Untuk diketahui, harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait karena mereka bersaing untuk mendapat bagian di pasar minyak nabati global.

“Minyak kelapa sawit mungkin akan turun lebih banyak ke kisaran MYR 4.006 hingga MYR 4.052 per ton,” kata analis teknis Reuters Wang Tao dikutip Reuters.

Kendati mendapatkan sentimen negatif dari harga minyak saingannya, setidaknya ada angin segar bagi CPO terlebih menjelang memasuki Bulan Ramadhan pekan depan.

“Harga CPO kemungkinan akan ditopang karena kekhawatiran atas ekspor minyak sawit yang lebih rendah dari Indonesia dan pertumbuhan pasokan yang lebih lemah dari Malaysia,” Ivy Ng, kepala penelitian perkebunan regional di CGS-CIMB Research dalam sebuah catatan dikutip CNBC International.

Kendati demikian, menurut data Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB), persediaan minyak sawit akhir Februari Malaysia anjlok 6,6% menjadi 2,12 juta ton dari bulan sebelumnya, ini mencatatkan posisi terendah dalam 6 bulan.

Sementara, Ekspor dari Malaysia selama periode 1-10 Maret melonjak di kisaran 45,3% dan 52,1% dari tingkat bulan lalu, kata pengawas kargo pada Jumat (10/3/2023).

CGS-CIMB memperkirakan stok minyak sawit turun 13% menjadi 1,84 juta ton bulan ke bulan pada akhir Maret.

Permintaan ekspor yang lebih tinggi menjelang Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri serta kenaikan pasokan yang lebih lambat akibat banjir di Malaysia akan tetap menopang harga CPO.

Berdasarkan Asosiasi Minyak Sawit Malaysia (MPOA) Harga minyak sawit diperkirakan akan tetap bergerak pada kisaran  MYR 4.000 per ton dalam jangka pendek karena ketersediaan surplus yang terbatas.

Analis juga mengungkapkan permintaan minyak sawit diperkirakan akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang menjelang bulan suci Ramadan pada 23 Maret, yang diakhiri Hari Raya Idul Fitri pada 21-22 April.

Malaysia dan Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk Muslim. Permintaan akan CPO meningkat menjelang Ramadan mengingat besarnya penggunaan untuk CPO, margarine, atau bahan industri lainnya.

Dari dalam negeri, Indonesia berencana untuk menetapkan harga referensi minyak sawit mentah pada harga US$ 911,41 per ton untuk periode 16-31 Maret, angka ini naik dari US$ 889,77 per ton pada paruh pertama bulan ini.

Harga tersebut akan menempatkan pajak ekspor minyak sawit mentah Indonesia pada US$ 74 per ton untuk periode tersebut, dan pungutan sebesar US$ 95 per ton untuk 16-31 Maret, tidak berubah dari tingkat saat ini. Namun demikian, keputusan resmi yang menyatakan harga referensi belum diterbitkan.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*